Kamis, 04 April 2013

Kebudayaan,Sejarah dari Ponorogo


SEJARAH

Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok , namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.


Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gembak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya . Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi  mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok  dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok.Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono,Dewi Songgolangit,dan Sri Genthayu. Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.



KEBUDAYAAN DI DAERAH PONOROGO

Ponorogo adalah suatu daerah di provinsi Jawa Timur yang memiliki suatu kesenian yang khas yang juga terkenal dengan julukan kota reog. Banyak sekali kebudayaan yang terdapat pada kota reyog ini. Dari namanya saja kita sudah tau, itu merupakan kebudayaan yang mencirikan daerah Ponorogo, yaitu Reyog Ponorogo. Reyog Ponorogo sudah sangat tekenal diseluruh dunia dan sudah ditetapkan sebagai kebudayaan milik bangsa Indonesia. Meskipun waktu itu sempat di klaim oleh Malaysia sebagai kebudayaan mereka.
Reyog Ponorogo merupakan cerita rakyat yang sudah melegenda di derah tersebut. Reyog Ponorogo sering muncul dalan acara keagamaan dan hajatan. Roeg itu sendiri menceritakan tentang kerajaan Majapahit yang sedang mengalami kuruntuhan lalu ada sesorang yang bernama Ki Ageng Kutu yang menyuguhkan tarian reog sebagai sindiran kpada raja Bra Kertabumi yang dimana dia adalah Raja Majapahit Pada masa itu, agar raja Kertabumi melakukan pemberontakan kepada cina. Reog adalah topeng besar berkapala singa yang bernama “singa barong”,raja hutan yang menjadi symbol untuk kertabumi, dan diatasnya terdapat bulu-bulu merakhingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh cinanya yang mengatur setiap gerak geriknya. Tarian reog juga diiringi oleh tarian kua kepang dan tarian bujang gadong. Reyog Ponorogo merupakan salah satu budaya Indonesia yang sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Selain dari Reyog Ponorogo ada juga tradisi yng terdapat di Ponorogo yaitu tradisi Grebeg suro. Grebeg suro dilakukan setiap tanggal 1 Muharram.
Di Ponorogo juga memiliki sarana pendidikan islam yang baikdan terpandang di Indonesia, Yaitu Pondok Pesantren Gontor, Pondok Psantren Kyai Haji Hasyim Ashari, Pondok Psantren Walisongo dan banyak lagi. Banyak santri yang berdatangan dari seluruh pelosok Indonesia yang ingin belajar dan memperdalam ilmu agama di psantren Ponorogo.
Itulah macam-macam kebudayan yang dimilliki oleh Ponorogo, sebagai bangsa Indonesia yang baik kita harus melestarikan kebudayaan yang kita miliki, jangan sampai kita melupakannya karena itu semualah yang mencirikan berbagai macam kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.





 


RUMAH ADAT DI PONOROGO





Koridor di bagian depan rumah, ada tiga pintu masuk menuju ke ruang dalam. Teras bagian belakang berada di bawah ruang keluarga. Griya Asri kali ini mengajak pembaca melongok sebuah rumah yang penampilannya cukup unik. Rumah yang berada dipinggir jalan dan berdiri di atas lahan 30 x 40 meter ini hampir 80 persen bahan bangunannya terbuat dari kayu jati asli. Bangunan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian sayap kiri, bagian sayap kanan dan bagian tengah sebagai bangunan utama. Di sayap kiri terdapat ruang keluarga dan kamar-kamar, di sayap kanan terdapat area servis, sedangkan di ruang utama terdapat ruang umum dan ruang pertemuan keluarga. Ruang utama ini lebih tinggi satu meter dibandingkan dengan bangunan di kiri kanan. Bangunan tengah sengaja dibuat cukup luas dengan bahan bangunan sebagian besar terdiri dari kayu. Tidak mengherankan kalau pada bangunan ini banyak pilar-pilar yang menyangga sosok bangunan. Ruang-ruang yang ada di bagian utama ini seolah-olah menjadi satu. Pemisahan antar ruang tersebut hanya dilakukan dengan dinding kayu yang tidak penuh dengan membuat lobang-lobang dekoratif, seperti jendela dan pintu yang tidak ada kacanya. Dari sayap kiri dan sayap kanan rumah menuju ruang utama terdapat tangga penghubung. Langit langit rumah sengaja dibuat agak tinggi supaya udara lebih banyak masuk serta lebih dingin,jadi tidak perlu menggunakkan kipas angin atau alat bantu lainnya.








Footnote : >>> wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Reog_%28Ponorogo%29)